Labels

Wednesday, October 12, 2011

PENGKAJIAN PENGARUH WAKTU PENYEMPROTAN JAMUR BEAUVERIA BASSIANA TERHADAP SERANGAN HAMA PBKo (Hypothenemus hampei) PADA TANAMAN KOPI

I.      PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyak jenis serangga hama. Sampai saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga hama pada tanaman kopi yang tersebar diseluruh dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis yang merupakan hama utama tanaman kopi, yaitu : hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus Hampei, penggerek cabang hitam Xylosandrus compactus, penggerek cabang coklat X. morigerus, kutu hijau Coccus viridis,  dan penggerek batang merah Zeuzera coffea (Danarti, 2004).
PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi biasanya masuk ke buah dengan membuat lubang kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling disukai. Kumbang betina terbang dari pagi hingga sore. PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 PBKo. Karena itu penting sekali membersihkan kebun dari semua buah yang tertinggal (Anonim,2002).
Pengendalian PBKo dengan insektisida sukar dilakukan karena hampir semua stadium perkembangan serangga PBKo berada di dalam buah kopi. Serangan serangga PBKo dapat dikendaliakan dengan salah satu cara yaitu dengan cara kultur teknis berupa pemangkasan baik pada tanaman kopi maupun pada tanaman naungan. Sebagai upaya mengatasi hama PBKo, dipandang perlu melakukan pengkajian pengelolaan hama yang ramah lingkungan dengan menggunakan agens hayati Beauveria Bassiana.
Saat ini produk bioinsektisida berbahan aktif Beuveria bassiana telah tersedia secara komersial di Indonesia. Meskipun demikian, tampaknya pemanfaatannya di lapang khususnya untuk tanaman perkebunan belum optimal. Padahal, lingkungan mikro tanaman perkebunan sangat ideal bagi perkembangan epizootik cendawan - cendawan entomopatogen, termasuk Beauveria bassiana. Keberlangsungan epizootik cendawan sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan, dan kriteria ini dapat ditemukan pada tanaman-tanaman perkebunan yang banyak diusahakan di Indonesia. Disamping itu, pemanfaatan cendawan ini dan patogen serangga secara umum dalam pengendalian hama berpotensi memberi keuntungan ekologis jangka panjang terhadap keseimbangan hayati maupun keberlanjutan sistem pertanian (D.Soetopo dan IGAA Indrayani, 2007).
Jamur Beauveria bassiana merupakan spesies jamur yang paling populer untuk mengendalikan serangga. Beauveria bassiana diaplikasikan dalam bentuk konidia yang dapat menginfeksi serangga melalui kulit kutikula, mulut, dan ruas-ruas yang terdapat pada tubuh serangga. Jamur ini juga ternyata memiliki spektrum yang luas dan dapat mengendalikan banyak spesies serangga sebagai hama tanaman.
Sistem kerjanya, dengan melalui perkecambahan konidia. Dari sini akan tumbuh hifa yang dapat memasuki kutikula serangga dengan cara mekanis maupun enzimatis. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu, miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Kemudian dihasilkan antibiotik berpigmen merah yang menghambat tumbuhnya bakteri pesaingnya.
Beauveria bassiana secara alami terdapat didalam tanah sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida sintetis, dan waktu aplikasi (Anonim,2008).
Dukungan ekosistem dan faktor abiotik (kelembapan dan temperatur) yang ideal merupakan modal awal upaya pengembangan Beauveria bassiana. Konidia Beauveria bassiana mudah diinaktifkan oleh sinar ultraviolet, sehingga pencegahannya dapat dilakukan dengan melakukan 3 kali aplikasi pada pagi (< pkl. 08.00) atau sore hari (> pkl. 15.00). Beauveria bassiana aman bagi serangga bukan sasaran, terutama serangga berguna dan musuh alami (D.Soetopo dan IGAA Indrayani, 2007). Sedangkan menurut Prayogo (2006) untuk mempertahankan efektivitas Beauveria bassiana dan untuk meningkatkan hasil pengendalian di lapangan melakukan aplikasi pada sore hari dan mempertinggi frekuensi aplikasi. Temperatur dan kelembapan tidak mempengaruhi infektivitas Beuveria bassiana, tetapi curah hujan sangat potensial mengurangi jumlah konidia dari permukaan daun akibat hanyut terbawa air hujan. Menurut Anonim (2000) penyemprotan jamur Beauveria bassiana terhadap serangan hama PBKo dilakukan pada pukul 6 - 8 pagi atau pukul 4 - 6 sore. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval penyemprotan 10 hari.
Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas waktu yang tepat untuk aplikasi penyemprotan Jamur Beauveria bassiana masih beragam. Dianggap perlu suatu pengkajian terhadap waktu penyemprotan jamur Beauveria bassiana terhadap serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei) pada tanaman kopi sehingga nantinya hasil kajian dapat dijadikan suatu prosedur dalam pengendalian hama PBKo (hypothenemus hampei).
B.     Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh waktu penyemprotan Jamur Beauveria bassiana terhadap serangan Hama PBKo (Hypothenemus hampei).
C.    Kegunaan
Kajian dapat digunakan untuk membuat prosedur dalam pengendalian PBKo (Hypothenemus hampei)
D.    Hipotesis
H0
=
Waktu penyemprotan jamur Beauveria bassiana tidak berpengaruh terhadap serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei)

H1
=
Waktu penyemprotan jamur Beauveria bassiana berpengaruh terhadap serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei)
Didalam hipotesis dikemukakan bahwa waktu penyemprotan jamur Beauveria bassiana berpengaruh terhadap serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei) / H1 karena apabila waktu penyemprotan dilakukan pada siang hari berpotensi merusak konidia jamur Beauveria bassiana. Temperatur dan kelembaban adalah faktor abiotik yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan konidia Beauveria bassiana. Temperatur dan kelembaban yang lebih stabil pada ekosistem tanaman perkebunan akan sangat mendukung peran Beauveria bassiana dalam pengendalian hama utama tanaman perkebunan sehingga prospek pengembangannya sangat baik.


 II.      TINJAUAN PUSTAKA


III. METODE PELAKSANAAN

A.    Waktu dan Tempat
Pengkajian pengaruh waktu penyemprotan jamur beauveria bassiana terhadap serangan hama PBKo (Hyphotenemus hampei) pada tanaman kopi dilaksanakan selama 10 Minggu (1 Maret – 15 Mei 2010) yang bertempat di Desa Naga Lingga Kecamatan Merek Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.
B.     Bahan dan Alat
Tanaman kopi yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah tanaman kopi yang berumur 4 tahun dengan jarak tanam 3 x 4 meter, bahan – bahan yang digunakan adalah jamur beauveria bassiana yang berasal dari BBP2TP (Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan) Sumatera Utara, perekat (Super lem), dan air yang berasal dari air hujan. Jamur beauveria bassiana sebanyak 50 gram ditambahkan air bersih sebanyak 10 liter sehingga dan ditambahkan lem perekat (super lem) 20 cc. Sedangkan alat yang digunakan adalah hand sprayer.
C.    Metoda Pengkajian
Metode pengkajian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah faktor waktu penyemprotan Jamur Beauveria bassiana terhadap penghambatan serangan hama PBKo yang terdiri dari 6 waktu penyemprotan yaitu :
      T1 = jam 6 pagi
      T2 = jam 7 pagi
      T3 = jam 8 pagi
      T4 = jam 3 sore
      T5 = jam 4 sore
      T6 = jam 5 sore
Sehingga akan didapatkan 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan dengan jumlah percobaan sebanyak 18.
D.    Model Analisis
       Y ij =   u  +   τ i  + є ij
           Keterangan :
Y ij           =  Hasil penghambatan serangan hama PBKo dari tanaman ke – j yang memperoleh perlakuan ke i
        u           =    Nilai tengah umum (rata – rata serangan)
        τ i            =    Pengaruh perlakuan ke - i
           є ij           =    Pengaruh galat percobaan pada tanaman ke  - j yang memperoleh  
                           perlakuan ke – i
        (Gaspersz Vincent, 1994)
E.     Pelaksanaan Pengkajian
1.      Pengacakan Denah Rancangan
Pengacakan denah rancangan menggunakan sistem acak dimana memberi nomor pada tiap pohon kopi dari 1 – 100 dan menentukan 3 pohon sampel pada tiap perlakuan dengan sistem acak untuk digunakan sebagai percobaan. Percobaan dilakukan 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan dengan jumlah percobaan sebanyak 18. Denah lapangan percobaan dapat dilihat pada lampiran 1.
2.      Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan percobaan akan dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a.       Melakukan identifikasi serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei) sebelum dilakukan penyemprotan jamur Beauveria bassiana dan melakukan pengisian tabel identifikasi serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei).
b.      Melakukan percobaan yaitu :
Tanaman yang akan disemprot yaitu tanaman kopi yang berumur 4 tahun yaitu kopi arabika varietas kopi ateng (Aceh tengah) dengan jarak tanam 3 x 4 meter. Bahan yang digunakan yaitu Jamur beauveria bassiana sebanyak 50 gram ditambahkan air bersih sebanyak 10 liter sehingga dan ditambahkan lem perekat (super lem) 20 cc. Larutan semprot diaduk hingga homogen (merata). Saring larutan tersebut, dimasukkan kedalam tangki semprot. Larutan tersebut diaplikasikan ketanaman. Penyemprotan dilakukan secara merata pada dompolan buah kopi.
Perlakuan I   : Penyemprotan pada jam 6 pagi pada tanaman 10, 70, dan 89
Perlakuan II     : Penyemprotan pada jam 7 pagi pada tanaman 72, 79, dan 83
Perlakuan III : Penyemprotan pada jam 8 pagi pada tanaman 23, 78, dan 85
Perlakuan IV : Penyemprotan pada jam 3 sore pada tanaman 8, 24, dan 60
Perlakuan V     : Penyemprotan pada jam 4 sore pada tanaman 21, 33, dan 91
Perlakuan VI : Penyemprotan pada jam 5 sore pada tanaman 6, 28, dan 39
Percobaan ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu pada tahap I (pada hari pertama), tahap II (hari ke 11) dan tahap III (hari ke 21). Setelah melakukan 3 kali ulangan selanjutnya melihat pengaruh penyemprotan jamur Beauveria bassiana terhadap serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei).
3.      Pengamatan
Pengamatan dilakukan 5 hari setelah penyemprotan tahap ke III (hari ke 21) setelah penyemprotan dilakukan 3 kali ulangan (Anonim, 2000). Mengamati bagaimana tingkat penghambatan serangan hama PBKo setelah dilakukan penyemprotan jamur Beauveria bassiana.
4.      Analisis Pengaruh Penyemprotan
a.       Jumlah (Yi) penghambatan serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei) setelah penyemprotan jamur Beauveria bassiana
b.      Rata – rata (i) penghambatan serangan hama PBKo (Hypothenemus hampei) setelah penyemprotan jamur Beauveria bassiana
c.       Membuat Faktor Koreksi (FK)
d.      Menyusun tabel analisis ragam
e.       Melihat nilai tabel
f.       Menentukan keputusan hipotesis
g.      Uji Pembanding


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
By. demen

0 comments

Post a Comment