I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah pohon karet. Getah dari pohon karet tak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal mencapai ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Keberadaan perkebunan tanaman karet tersebut tidak diimbangi dengan pengelolaan yang memadai. Hanya beberapa perkebunan besar milik negara dan beberapa perkebunan swasta saja yang pengelolaannya sudah lumayan. Sementara kebanyakan perkebunan tanaman karet milik rakyat dikelola seadanya. Akibatnya, produktivitas tanaman karet menjadi rendah. Perlu upaya perbaikan agar produktivitas karet dapat ditingkatkan. Tidak hanya itu, harus diupayakan agar mutu karet yang dihasilkan semakin baik. Indonesia memberikan kontribusi sebesar 26 % dari total produksi tanaman karet alam dunia. Berdasarkan data dan kecenderungan membaiknya harga karet alam pada beberapa tahun terakhir, di proyeksikan hingga Tahun 2020 konsumsi karet alam dunia akan terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,6 % per tahun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan, perekonomian negara berkembang khususnya pada negara-negara dengan jumlah populasi penduduk yang besar seperti India dan China (Anonymous, 2007).
Luas tanaman karet di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,yaitu 96.470 hektar dengan produksi 51.377 ton/tahun tersebar di beberapa kabupaten/kota yang ada di wilayah Propvinsi Nanggroe Aceh Darussalam, terkecuali Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah (www.Waspada.co.ld/index.php, 2010). Di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang luas kebun karet rakyat 20.133 hektar yang terdiri dari, yaitu tanaman karet menghasilkan (TM) seluas 11.908, tanaman karet belum menghasilkan (TBM) 4.453,8 hektar dan tanaman karet rusak (TR) 3.771,2 hektar dengan produksi 13.075 kg/tahun. Kecamatan Rantau merupakan salah satu wilayah dari Kabupaten Aceh Tamiang. Secara administrasi wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Rantau terdiri dari 16 Gampong/Desa dengan Luas wilayah 51,71 km2 atau 5.171 hektar. Keadaan tofografi terdiri dari dataran rendah, bergelombang dan berbukit yang diselingi lintasan alur- alur. Tinggi dari permukaan laut pada daerah rendah antara 20 meter sampai dengan 500 meter. Perkembangan iklim dan curah hujan dalam kurun waktu 10 tahun, terhitung dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2009 rata-rata suhu antara 260 C - 350 C dan curah hujan 1.388 mm, jumlah hari hujan 126 hh dan Ph berkisar 5 – 6.
Berdasarkan pola pengembangan WKPP, dibagi menjadi 4 (empat) wilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPP) yang sangat potensial untuk sektor pertanian dengan jumlah kelompoktani 57 kelompoktani dan jumlah anggota sebanyak 1.787 kepala keluarga (KK). Luas lahan perkebunan rakyat 1.858,9 hektar, dengan jumlah 2.027 KK yang terdiri dari tiga komoditi, yaitu tanaman karet menghasilkan (TM) luas 819,7 hektar, jumlah produksi rata-rata 1.098 kg/ha/tahun, tanaman karet belum menghasilkan (TBM) luas 69,6 hektar dan tanaman karet rusak (TR) luas 239 hektar, produksi rata-rata
600 kg/ha/tahun. Jumlah luas lahan tanaman karet seluruhnya di Kecamatan Rantau 1.128,3 ha, dengan jumlah petani 1.302 KK. Tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM) luas 411,3 hektar, tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) luas 110.3 hektar dan tanaman kelapa sawit rusak (TR) luas 45 hektar. Jumlah luas lahan kelapa sawit di Kecamatan Rantau 566,6 ha, dengan jumlah petani 319 KK produksi rata-rata 12 ton/ha/tahun. Tanaman kakao menghasilkan (TM) luas 77 hektar, tanaman kakao belum menghasilkan (TBM) luas 77,5 hektar dan tanaman kakao rusak (TR) luas 9,5 hektar. Jumlah luas lahan kakao 164 ha, dengan jumlah petani 406 KK. Di Kecamatan Rantau luas tanaman karet lebih luas dibandingkan luas tanaman kelapa sawit dan kakao, namun produksi tanaman karet di Kecamatan Rantau masih rendah dan rusak (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tamiang, 2010).
Kerusakkan tanaman karet di Kecamatan Rantau dikarenakan petani pekebun karet belum mengetahui teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran, sehingga tanaman karet rusak terutama bagian kulit karet sehingga kulit karet banyak yang terserang penyakit dan kering serta sebagian mati. Tanaman karet yang menghasilkan (TM) produksinya, yaitu 1.098 kg/ha/tahaun dan tanaman karet rusak (TR) 600 kg/ha/tahun. Tanaman karet yang normal dapat menghasilkan produksi 1.600 – 1.800 kg/ha/tahun (Setiawan dan Andoko, 2005).Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil survey lokasi, maka didapat permasalahan yang dihadapi oleh petani karet di Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang
adalah sebagai berikut :
1. Petani belum melakukan penyadapan pada tanaman karet sesuai anjuran
2. Pengetahuan petani tentang teknik penyadapan pada tanaman karet rendah
3. Produksi tanaman karet petani yang telah menghasilkan rendah
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dilapangan maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana petani tahu dan mau melaksanakan tentang teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran
2. Bagaimana meningkatkan pengetahuan petani tentang teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran
3. Bagaimana meningkatkan produksi tanaman karet petani
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah dari data sekunder dan data primer dianalisa dengan menggunakan metode gawat, mendesak, dan penyebaran (GMP) untuk menentukan skor yang paling tinggi atau masalah yang sangat prioritas, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisa Masalah Berdasarkan GMP Tahun 2010
No. | Masalah | Gawat (G) | Mendesak (M) | Penyebaran (P) | Jumlah Skor |
1. | Petani belum melakukan penyadapan pada tanaman karet sesuai anjuran | 2 | 3 | 1 | 6 |
2. | Pengetahuan petani tentang teknik penyadapan pada tanaman karet masih rendah | 3 | 3 | 3 | 9 |
3. | Produksi tanaman karet petani yang telah menghasilkan rendah | 2 | 2 | 3 | 7 |
Sumber : Data Primer KIPA 2010
Berdasarkan Tabel 1 skor yang paling tertinggi adalah 9, yaitu masalah pengetahuan petani tentang teknik penyadapan pada tanaman karet masih rendah di Kecamatan Rantau. Penulis memilih Judul Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) “Rancangan Penyuluhan Teknik Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasilliensis)” di Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh.
D. Tujuan
Tujuan pelaksanaan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) adalah Untuk menghasilkan rancangan penyuluhan tentang teknik penyadapan tanaman karet (Hevea brasilliensis), untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi petani di Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang
Provinsi Aceh.
E. Kegunaan
Kegunaan dari penyusunan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA), yaitu petani tahu dan mau melaksanakan teknik penyadapan tanaman karet (Hevea brasilliensis).
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PELAKSANAAN
A. Waktu
Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) di laksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Juni 2010, dimulai dari persiapan survey lokasi, pengajuan judul, proposal, seminar proposal, pelaksanaan dan sampai dengan seminar hasil KIPA. Untuk lebih jelasnya jadwal pelaksanaan kegiatan KIPA dapat dilihat pada Lampiran 2.
B. Tempat
Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) dilaksanakan di Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh petani setempat.
C. Alat dan Bahan
1. Kajian
Alat yang digunakan dalam kajian adalah lembar kuisioner mengenai keadaan petani yang meliputi biodata keadaan potensi usahatani dan keluarganya serta mengenai tehnik penyadapan yang benar. Dari informasi ini akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan materi yang akan diberikan kepada petani, yang disusun dalam bentuk suatu rancangan penyuluhan.
2. Penyuluhan
Dalam kegiatan penyuluhan alat dan bahan yang digunakan adalah alat tulis, lembar kuisioner, kertas koran, spidol, lembar persiapan menyuluh (LPM), petunjuk lapangan (Petlap), folder, peta singkap (Flipchart), seperangkat alat sadap merupakan rangkuman materi yang akan disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, yang isinya telah disusun sedemikian rupa sehingga membantu dalam penyampaian.
D. Metode Analisis
1. Metode Pengumpulan dan Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan KIPA terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode pengambilan dan pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara dan penyebaran kuisioner. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melibatkan petani serta anggota keluarganya, sehingga diharapakan data yang diperoleh betul-betul akurat. Data sekunder dapat diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait Kantor Camat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tamiang, Kantor BPP Rantau, Kantor Kepala Desa/Gampong dan literatur yang relevan.
Adapaun lokasi pelaksanaan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) adalah Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. Survey dan observasi dilakukan untuk mengetahui secara umum karakteristik. Kecamatan Rantau yang terdiri dari 16 gampong/desa, 57 kelompoktani dengan jumlah penduduk 29.930 jiwa dan 3.481 kepala keluargatani (KK).
2. Metode Pengambilan Sampel
Sampel yang dilibatkan dalam pelaksanaan KIPA menggunakan metode non probability sampling, dengan jenis purposive sampling, Disini penulis dengan sengaja menentukan secara langsung petani karet sebagai sampel yang dapat mewakili seluruh petani karet di Kecamatan Rantau dan sesuai dengan karakteristik.
Sampel adalah bagian dari populasi, sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel menggunakan sampel secara disengaja. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2009) adalah :
n = N
-----------------
-----------------
1 + N.e2
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e2 = Presisi (ditetapkan 15 % dengan tingkat kepercayaan
85 %)
Jumlah Gampong sampel untuk mewakili enam belas gampong adalah diambil tiga gampong, yaitu Gampong Suka Mulia jumlah 6 kelompoktani dengan jumlah anggota 200 orang, Gampong Suka Rakyat jumlah 3 kelompoktani dengan jumlah anggota 90 orang dan Gampong Jamur Labu jumlah 4 kelompoktani dengan jumlah anggota 120 orang. Dari 13 kelompoktani memiliki jumlah anggota 410 orang petani. Dari 410 orang petani dipilih menjadi petani 15%, jadi petani yang dipilih dari setiap kelompok 2-4 orang.
Adapun karakteristik petani yang akan dijadikan petani sampel adalah
a) petani dewasa yakni telah berumur 25-45 tahun
b) memiliki lahan perkebunan karet minimal 1 hektar
c) tingkat pendidikan minimal tamat SD.
d) tingkat pengalaman berusahatani 5-20 tahun
3. Teknik Analisis Data
Data yang dimaksud adalah keadaan penduduk yang dijadikan sampel dilihat dari aspek tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, kepemilikan lahan, agama, budaya serta kebiasaan sosial. Data ini diperoleh dengan menganalisis data propil kecamatan, profil desa sampel profil kelompoktani sampel dan data karakteristik sosial budaya petani sampel. Dengan mengkombinasikan hasil analisis data primer dan data sekunder serta hasil observasi karakteristik sosial petani sampel, akhirnya dihasilkan suatu konsep rancangan penyuluhan yang akan diuji coba di Kecamatan Rantau.
4. Analisis Kajian Materi
Cara analisis kajian ini dilakukan berdasarkan keadaan masalah untuk tujuan yang ingin dicapai. Analisis kaji materi ini dianalisis dari segi ekonomi mengenai pendapatan petani, biaya usahatani dan hubungan modal usahatani terhadap pelaksanaan teknis usahatani. Dari segi teknis dikaji mengenai teknik penyadapan tanaman karet yang telah dilakukan petani, penyebab petani tidak mampu melakukan teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran, dan dari segi sosial dikaji mengenai kesejahteraan petani dan pengaruh sosial masyarakat terhadap kegiatan usahatani teknik penyadapan tanaman karet.
5. Analisis Kajian Materi Secara Ekonomi
Pelaksanaan pengkajian dimulai dari menanyakan pelaksanaan teknik penyadapan tanaman karet yang telah dilakukan petani sampel sejauh ini. Konsep teknik penyadapan tanaman karet lalu dihubungkan dengan nilai hasil yang diperoleh dan membandingkannya dengan pencapaian produksi tanaman karet.
Pengkajian selanjutnya diarahkan kepada konsep teknik penyadapan tanaman karet sesuai dengan judul dan materi KIPA, dan yang dijadikan pedoman ditingkat petani. Konsep teknik penyadapan tanaman karet dengan potensi produksi yang bisa dicapai sebagai hasil dari teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran. Lalu membandingkan penyadapan tanaman karet yang dilakukan petani selama ini produksi yang dicapai petani dengan teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran, dijadikan suatu pandangan untuk menyakinkan petani sampel bahwa judul dan materi yang dibawa layak untuk diterapkan.
6. Pengkajian Materi Secara Teknis
Pelaksanaan pengkajian materi secara teknis ini diarahkan kepada jenis pekerjaan tekink penyadapan tanaman karet yang lumrah dilakukan petani dalam melaksanakan penyadapan tanaman karetnya dan membandingkannya dengan teknik penyadapan tanaman karet sesuai dengan judul rancangan penyuluhan.
Pelaksanaan pengkajian materi secara teknis ini dititk beratkan kepada konsep tingkat kemudahan penerapan materi di lapangan, sebagai jaminan untuk menjadikan materi dan judul diterima petani sampel. Pelaksanaan pengkajian materi secara teknis dilakukan dengan mempraktikkan teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran.
Teknik kriteria matang sadap yang pertama dikaji. Kemudian diikuti dengan teknik menggambar bidang sadap yang tepat dan benar, Pemasangan alat sadap pada tanaman karet, waktu penyadapan tanaman karet, sadap atas tanaman karet, sadap bawah tanaman karet, bentuk sadapan tanaman karet, alur sadap tanaman karet, ketebalan irisan sadap tanaman karet,kedalaman irisan sadap tanaman karet dan frekuensi dan intensitas penyadapan tanaman karet.
Pengkajian teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran dibandingkan dengan teknik penyadapan tanaman karet yang dilakukan petani sampel selama ini dalam usaha budidaya tanaman karetnya. Hasil akhir dari pengkajian, yaitu perbandingan tingkat kemudahan dan persamaan antara teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran dan
teknik penyadapan tanaman karet yang tidak baik dan benar.
Pengkajian seterusnya diarahkan kepada sebab-sebab mengapa petani sampel tidak mampu melakukan teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan langsung kepada petani sampel apa yang menyebabakan petani tidak mampu melakukan teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengaruh sosial masyarakat.
7. Pengkajian Materi Secara Sosial
Pengkajian materi secara sosial dilakukan dengan mempelajari adat dan kebiasaan petani sampel terlebih dahulu, lalu menghubungkan tingkat kesesuaian materi yang akan disuluhkan dengan adat dan budaya masyarakat setempat. Pelaksanaan pengkajian dimulai dari tingkat kecocokan materi terhadap adat dan kebiasaan masyarakat, lalu mengkaji kembali apakah materi sudah pernah diterima petani masyarakat setempat sebelumnya serta mengkaji tentang pengaruh sosial budaya etnis petani terhadap usahatani. Pengkajian selesai setelah memastikan apakah ada hubungan antara materi dengan peningkatan taraf hidup masyarakat dan apakah ada pengaruh faktor kebiasaan negative sasaran terhadap teknik penyadapan tanaman karet.
8. Analisis Rancangan Penyuluhan
Setelah rancangan penyuluhan disusun sesuai dengan petani sampel
yang telah dihimpun, maka disusun suatu instrument pengujian rancangan berupa kuisioner. Kuisioner digunakan sebagai instrument dalam menguji materi, metode dan media yang diterapkan dalam rancangan penyuluhan yang telah disusun. Kuisioner berguna untuk mengumpulkan pendapat petani sampel dan akan dijadikan sebagai variabel dalam pengujian validitas dan reliabilitas instrument. Selanjutnya, pengujian validitas dan reliabilitas instrument rancangan penyuluhan ini dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment. Pada akhirnya, analisis rancangan penyuluhan bertujuan untuk mengetahui diterimanya atau tidaknya rancangan penyuluhan yang akan diberikan, meliputi analisis tingkat penerimaan petani sampel terhadap materi, kecocokan penggunaan metode dalam penyampaian materi dan ketepatan penggunaan media penyuluhan.
E. Rancangan Penyuluhan Pertanian
1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dibuat untuk lebih mempermudah di dalam mengarahkan karya ilmiah penugasan akhir. Kerangka pikir dibuat berdasarkan survey lapangan yang dilakukan di wilayah binaan BPP Rantau Kecamatan Rantau, juga dengan mempelajari programa penyuluhan pertanian BPP Rantau.
Awal dari kerangka pikir yang dijadikan pedoman dalam penyusunan rancangan penyuluhan ini adalah dengan melihat keadaan petani. Keadaan awal petani dinyatakan pada kondisi pelaksanaan teknik penyadapan tanaman karet kurang baik dan benar. Akibatnya, produksi rata-rata per hektar per tahun baru mencapai 600 kg. Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan petani tentang teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran. Untuk itu, perlu dibuat pemecahan masalah dengan meningkatkan pengetahuan petani tentang teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran melalui upaya peningkatan peran penyuluh dalam menyampaikan paket-paket teknologi tentang teknik penyadapan tanaman karet. Dengan demikian, bisa dicapai suatu keadaan yang optimumdimana petani mampu melakukan teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran, dan produksi karet mendekati optimal (1.600 – 1.800 kg/ha/tahun).
Untuk menyampaikan materi digunakan metode pendekatan perorangan dengan mengkombinasikan metode diskusi dan demonstrasi cara dalam waktu satu kali kunjungan rumah atau tempat usaha. Metode pendekatan perorangan dipilih karena petani relatif susah untuk mau diajak berkumpul. Metode diskusi dipilih untuk memberi kesempatan yang lebih luas kepada petani menanggapi dan memahami materi. Metode demonstrasi cara dipilih melihat tingkat umur petani yang memiliki rata-rata umur 35-50 tahun, yang tentunya susah memahami materi tanpa diikuti dengan praktik langsung.
Penyampaian materi juga ditopang oleh penggunaan media folder, petlap dan flipchart. Ketiga media ini dipilih sesuai data tingkat pendidikan petani yang rata-rata menamatkan pendidikan dasar yang telah bisa baca tulis. Totalitas proses kegiatan dari seluruh rangkaian penyusunan rancangan penyuluhan berakhir pada saat dilakukannya evaluasi tentang materi, media dan metode. Evaluasi dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada petani sampel untuk diisi sesuai dengan yang mereka alami setelah materi disampaikan. Evaluasi ini tujuannya untuk melihat sejauh mana kekurangan dan kelebihan yang ada pada paket teknologi yang dituang dalam suatu rancangan penyuluhan, guna menyimpulkan apakah rancangan penyuluhan layak atau tidak untuk diterapkan.
2. Sasaran
Sasaran dari rancangan penyuluhan ini adalah 45 petani sampel di Kecamatan Rantau, yang diwakili oleh tiga gampong dan tiga belas kelompoktani yang tersebar di Gampong Suka Mulia, Suka Rakyat dan Jamur Labu. Keadaan petani yang ada di Kecamatan Rantau berada pada
tahap pengetahuan teknik penyadapan tanaman karet yang relatif rendah Sejauh ini usah yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan tentang teknik penyadapan tanaman karet kepada petani karet, khususnya petani sampel yang dipilih dan tergabung dalam kelompoktani.
Sasaran dalam penyusunan rancangan penyuluhan ini memiliki tingkat pendidikan rata-rata SD, dan umur rata-rata 35-50 tahun. Luas kepemilikan lahan rata-rata satu sampai dua hektar. Karakter social setiap sasaran juga berbeda sesuai sukunya masing-masing. Keragaman suku sasaran antara lain Suku Tamiang, Aceh, Gayo, Padang, Batak dan Jawa.
3. Materi
Materi yang akan disampaikan dari kegiatan penyuluhan yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi petani, materi tersebut adalah : Teknik penyadapan tanaman karet (Hevea brasilliensis) meliputi : a. Kriteria matang sadap tanaman karet, b. Menggambar bidang sadap tanaman karet, c. Pemasangan alat sadap pada tanaman karet, d. Waktu penyadapan tanaman karet, e. Sadap atas tanaman karet, f. Sadap bawah tanaman karet, g. Bentuk alur sadapan tanaman karet, h. Arah sadap tanaman karet, i. Ketebalan irisan sadap tanaman karet, j. Kedalaman irisan sadap tanaman karet dan k. Frekuensi dan intensitas penyadapan tanaman karet.
Urutan penyajian materi pada setiap sasaran di gampong yang satu berbeda dengan penyajian materi di gampong yang lain. Penyajian materi tergantung pada tingkat kebutuhan sasaran, semua materi selalu disampaikan secara keseluruhan.
4. Metode Penyuluhan Pertanian
Mengacu pada materi di dalam rancangan penyuluhan yang bersifat teknis dan menyesuaikan keadaan psikososial sasaran di Gampong Suka Mulia , Gampong Suka Rakyat dan Gampong Jamur Labu, maka metode yang digunakan dalampenyampaian materi adalah pendekatan perorangan yang mengkombinasikan metode diskusi dan demonstrasi cara yang dilakukan pada saat kunjungan rumah dan tempat usaha.
Pelaksanaan kunjungan rumah atau tempat usaha disesuaikan dengan waktu istirahat petani, yaitu pada pukul 12.00 WIB s/d pukul 14.00 WIB. Kemudian pada pukul 18.00 WIB s/d pukul 19.00 WIB dan pada hari jumat saat petani tidak melakukan aktivitas usahatani.
Penyampaian materi dengan menggunakan metode diskusi dan
demonstrasi cara, dilakukan berurutan dalam satu kali kunjungan rumah atau tempat usaha. Pada saat kunjungan rumah atau tempat usaha, media folder dibagikan kepada petani sampel. Jumlah petani yang tergabung dalam setiap kali melakukan kunjungan rumah atau tempat usaha berkisar antara dua sampai empat orang.
Metode penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan uji coba rancangan penyuluhan pada pada lokasi pelaksanaan KIPA dijelaskan sebagai berikut :
a. Metode Diskusi
Penyampaian materi dengan metode diskusi dilakukan pada saat kunjungan rumah atau tempat usaha. Materi dijelaskan secara teoritis kepada petani, lalu menanyakan hal apa yang belum dipahami petani dan menggugah petani agar menyampaikan pendapatnya tentang materi serta bertanya jika belum paham. Dalam menyampaikan materi dengan metode diskusi, petani sampel sering bertanya dan mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang disampaikan.
b. Metode Demonstrasi Cara
Penyampaian materi dengan metode demonstrasi cara dilakukan setelah penyampaian materi dengan diskusi selesai. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan materi dan menerangkan cara pelaksanaannya, penulis langsung mempratikkan cara pelaksanaan sesuai urutan langkah-langkah kerja dalam petlap. Setelah selesai mempraktikkan cara pelaksanaanya.
Mempersilahkan petani sampel untuk mempraktikkan cara pelaksanaan teknik penyadapan tanaman karet sesuai anjuran yang telah
dipraktikkan sebelumnya.
Demonstrasi cara dilakukan dilahan karet petani sampel yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal petani. Jumlah petani sampel yang turut mengikuti penyampaian materi dengan metode demonstrasi cara berkisar dua sampai empat orang.
5. Media
Media yang digunakan dalam rancangan penyuluhan pada pelaksanaan KIPA ini adalah media folder, petunjuk lapangan (petlap) dan flipchart ( peta singkap). Dasar memilih ketiga media ini mengacu kepada materi di dalam rancangan penyuluhan yang bersifat teknis. Media folder, media petlap dan flipchart cocok digunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat teknis, yang dipadukan pada penggunaan teknik demonstrasi cara. Penggunaan ketiga media tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Media Folder
Penggunaan media folder dalam menyampaikan materi dimaksudkan untuk menggugah minat petani. Folder dibagikan kepada semua petani sampel yang berhasil ditemui saat melakukan kunjungan rumah atau tempat usaha. Folder yang dibagikan kepada petani sebanyak enam buah dan berisi seluruh rangkaian materi teknik penyadapan tanaman karet sesuai judul rancangan penyuluhan. Folder yang dibagikan dipilih sesuai kebutuhan petani. Sebelum materi disampaikan dengan metode diskusi, petani dipersilahkan terlebih dahulu membaca folder. Setelah petani membaca folder barulah materi disampaikan Penggunaan media folder didasarkan pada petani sampel yang telah bisa baca tulis. Lebih jelasnya folder dapat dibaca pada Lampiran 3,4,5,6,7, dan 8.
b. Media Petlap
Petlap disini diartikan sebagai media, yang dibagikan kepada petani yang dapat memandu petani dalam melaksanakan demonstrasi cara. Petlap dibagikan kepada petani sampel, lalu petani sampel pada saat diskusi. Setelah petlap dibagikan kepada petani sampel, lalu petani sampel dipandu membaca dan memahami urutan langkah kerja yang tertuang dalam petlap. Lalu demonstrasi cara dilaksanakan. Penggunaan media petlap dipilih, melihat sasaran semua bisa baca tulis, sehingga tidak menjadi penghambat bagi petani sasaran untuk menerima mediaini. Lebih jelasnya petlap dapat dibaca pada Lampiran 10,12,14,16,18, 20, 22, 24 dan 26.
c. Media Flipchart
Flipchart (peta singkap) adalah media sebagai alat bantu untuk penyaji materi dalam menyampaikan suatu materi, yang berisikan materi dalam lembaran demi lembaran saling berurutan dan berhubungan antara lembaran yang satu dengan lembaran berikutnya. Penggunaan flipchart dilakukan dalam pertemuan kelompoktani dan diskusi yang dihadiri petani berkisar antara sepuluh sampai dua puluh petani, khususnya petani sampel Tujuan dari penggunaan flipchart (peta singkap) yang mana lembaran demi lembaran saling berurutan dan berhubungan berisikan materi teknik penyadapan tanaman karet, sehingga memudahkan bagi penyaji untuk menyampaikan materi dan memudahkan petani menerima dan memahami materi yang disampaikan.
Flipchart (peta singkap) dapat digunakan kepada petani yang tidak bisa baca tulis, karena pada lembaran flipchart terdapat satu gambar materi yang disampaikan dan tidak banyak tulisan. Sehingga tidak membingungkan petani sampel untuk memahami materi yang disampaikan (Anonymous, 2001).
6. Evaluasi
Rancangan penyuluhan yang telah disusun selanjutnya diuji coba penggunaannya kepada petani sampel. Rancangan penyuluhan diuji coba pada semua kelompoktani yang sudah ditentukan sebelumnya sebagai sampel pengujian. Uji coba rancangan penyuluhan dilakukan dengan menyampaikan materi sesuai urutan kebutuhan petani sampel yang mengacu kepada judul rancangan penyuluhan dengan menggunakan metode dan teknik serta memakai media yang telah ditentukan sebelumnya. Uji coba rancangan penyuluhan dilakukan sebanyak enam kali pada setiap gampong dan kelompoktani sasaran.
Uji coba rancangan penyuluhan pertama dilakukan di Gampong Suka Mulia, materi yang disampaikan : Kriteria matang sadap, Menggambar bidang sadap, memasang alat, waktu penyadapan, sadap atas
dan sadap bawah tanaman karet. Jumlah petani sampel yang turut
mengikuti uji coba rancangan penyuluhan di Gampong Suka Mulia sebanyak 14 petani sampel yang berasal dari Kelompoktani Nusa Indah, Kelompoktani Mawar I, Kelompoktani Cahaya Kita dan Kelompoktani Cempaka. Daftar hadir petani sampel dapat dilihat pada Lampiran 28.
Uji coba rancangan penyuluhan kedua di Gampong Suka Rakyat, materi yang disampaikan : Sadap atas, sadap bawah, bentuk alur sadapan, arah sadap, ketebalan irisan sadap dan kedalaman irisan sadapan tanaman karet. Jumlah petani sampel yang turut mengikuti uji coba rancangan penyuluhan di Gampong Suka Rakyat sebanyak 15 petani sampel yang berasal dari Kelompoktani Karya Tani, Kelompoktani Tunas Harapan dan Kelompoktani Harapan Tani. Daftar hadir petani sampel dapat dilihat pada Lampiran 29.
Uji coba rancangan penyuluhan ketiga di Gampong Jamur Labu, materi yang disampaikan : Sadap atas, sadap bawah, bentuk alur sadapan, arah sadap, ketebalan irisan sadap dan kedalaman irisan sadapan tanaman karet. Jumlah petani sampel yang turut mengikuti uji coba rancangan penyuluhan di Gampong Jamur Labu sebanyak 12 petani sampel yang berasal dari Kelompoktani Gemah Ripah I, Kelompoktani Gemah Ripah II, Kelompoktani Gotong Royong dan Kelompoktani Sejahtera Tani . Daftar hadir petani sampel dapat dilihat pada Lampiran 30.
Uji coba rancangan penyuluhan keempat di Gampong Suka Mulia, materi yang disampaikan : Bentuk alur sadapan, Arah sadap, ketebalan irisan sadap, kedalaman irisan sadap dan frekuensi dan intensitas sadap tanaman karet. Jumlah petani sampel yang turut mengikuti uji coba rancangan penyuluhan di Gampong Suka Mulia sebanyak 15 petani sampel yang berasal dari Kelompoktani Anggrek Timur, Kelompoktani Nusa Indah, Kelompoktani Cahaya Kita dan Kelompotani Mawar II . Daftar hadir petani sampel dapat dilihat pada Lampiran 31.
Uji coba rancangan penyuluhan kelima di Gampong Suka Rakyat, materi yang disampaikan : Kriteria matang sadap, menggambar bidang sadap, memasang alat sadap, waktu penyadapan dan frekuensi dan intensitas sadap tanaman karet. Jumlah petani sampel yang turut mengikuti uji coba rancangan penyuluhan di Gampong Suka Rakyat sebanyak 15 petani sampel yang berasal dari Kelompoktani Karya Tani, Kelompoktani Tunas Harapan dan Kelompoktani Harapan Tani. Daftar hadir petani sampel dapat dilihat pada Lampiran 32.
Uji coba rancangan penyuluhan keenam di Gampong Jamur Labu, materi yang disampaikan : Kriteria matang sadap, menggambar bidang sadap, memasang alat sadap, waktu penyadapan dan frekuensi dan intensitas sadap tanaman karet. tanaman karet. Jumlah petani sampel yang turut mengikuti uji coba rancangan penyuluhan di Gampong Jamur Labu sebanyak 10 petani sampel yang berasal dari Kelompoktani Gemah Ripah I, Kelompoktani Gemah Ripah II, Kelompoktani Gotong Royong dan Kelompoktani Sejahtera Tani . Daftar hadir petani sampel dapat dilihat pada Lampiran 33.
Selesai menyampaikan materi, kemudian kuisioner dibagikan kepada
petani sampel untuk menghimpun pendapat petani terhadap materi, metode dan media yang digunakan dalam rancangan penyuluhan. Kuisioner yang digunakan dalam rangka mengumpulkan data tentang pendapat petani, digunakan skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negative, dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata : Sangat setuju (SS) Skor 5, Setuju (ST) Skor 4, Ragu-ragu (RG) Skor 3, Tidak setuju (TS) Skor 2, Sangat Tidak setuju (STS) skor 1 (Riduwan, 2009).
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah rancangan penyuluhan yang dibuat efektif atau tidak. Evaluasi yang dilakukan berhubungan cocok atau tidaknya materi yang diberikan, metode atau teknik yang dipilih dan media yang digunakan dengan kondisi sasaran yang ada.
Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya. Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam rancangan penyuluhan ini membuktikan Person Product moment (PPM) (dalam Riduwan, 2009) yang diaplikasikan dengan program komputer microsoft excel.
Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Untuk mengetahui instrumen tersebut reliabel atau tidak yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Kriterianya yaitu jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka instrument tersebut dinyatakan reliabel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KASIMPULAN DAN SARAN
By. Paiman, SST
0 comments
Post a Comment